I
Sinar mentari pagi menerangi sebuah kamar mungil yang bernuansa pink, dengan lembut membangunkan Luna, si pemilik kamar mungil tersebut.
“Ah… sudah pagi. Luna harus segera menyiapkan sarapan pagi,” ucapnya sambil menggeliat malas.
Dengan langkah gontai, Luna berjalan menuju dapur dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga untuk kakak tercintanya. Luna tinggal berdua bersama kakaknya, Ray di sebuah rumah kecil yang mereka kontrak di Jakarta. Orangtua mereka tinggal di luar kota dan saat liburan mereka akan pulang menemui kedua orang tuanya.
“Aduh… gosong deh telurnya… Uughh… payah, nih. Apinya kegedean…,” gerutu Luna sambil membuang telur yang hangus itu ke tong sampah. Dengan perasaan kesal, Luna berteriak,”Raayyyyy…!!”
“Yo... Pagi-pagi sudah ribut, deh! Kenapa lagi?” Ray menghampiri sang adik dengan tampang bingung.
“Ray… telurnya hangus… Persediaan telur kita habis! Terpaksa pagi ini kita makan mie instan, deh…” keluh Luna sambil memonyongkan bibirnya.
“Yah.. mau apa lagi. Loe masak telur goreng aja gak becus. Nanti sepulang kuliah kita belanja, deh!” ujar Ray sambil menepuk kepala Luna.
“Oke! Jam 1 tunggu Luna di lobi kampus yah!” sahut Luna gembira. Luna sangat senang belanja bersama Ray karena dia jarang sekali bisa melewatkan waktunya bersama kakak kembarnya itu berhubung Ray sangat sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya yang menggunung setiap hari.
Di Jakarta, Luna dan Ray kuliah di sebuah universitas ternama. Meski mereka anak kembar, minat mereka sangat berbeda. Ray tertarik untuk mempelajari desain interior sedangkan Luna lebih menyukai bidang jurnalistik, karena itu ia masuk FISIP alias Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ray seringkali menggoda Luna karena minatnya yang agak unik tersebut tetapi Luna yang sudah terbiasa digoda, hanya tersenyum saja setiap kakaknya menggoda dia.
“Jam 1.20 kelas gue baru bubar, Lun. Loe sabar dikit ya nungguin gue,” ujar Ray sambil melahap mie instannya.
“Ah.. paling kelasnya lebih cepat bubar.. biasa juga begitu. Menurut jadwal selesai jam 1.20, tapi jam 1 juga biasa udah bubar,” jawab Luna enteng.
“Enak aja.. emangnya jurusan gue sama kayak jurusan loe! Di interior nih, seringkali malah molor waktunya tau!”
“Huu.. siapa yang suruh masuk interior!”
“Suka-suka gue… Cepet abisin mie instannya, udah telat nih gue. Ntar gue tinggal lho!” ujar Ray sambil melenggang ke pintu keluar.
“Berani ninggalin Luna? Awas ya!” ancam Luna sambil buru-buru melahap mie instannya. Ternyata Luna takut juga ditinggal sama Ray.